Wednesday, 17 July 2013

kecerdasan emosi



Faktor-faktor dan Aspek yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Di bawah ini merupakan  faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi secara umum terdiri dari dua macam, yaitu :

Faktor keturunan
Orang tua merupakan orang yang pertama kali berperan dalam pembentukan pribadi anak, manakala orang tua memiliki latar belakang dan pribadi yang kurang baik, maka langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada pribadi anak. 

Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi terdiri dari 3 macam, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

  • Lingkungan keluarga, Adapun lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang  diantaranya adalah :
    • Nilai-nilai dalam keluarga
    • Cara orang tua mendidik anak
    • Teladan yang diberikan orang tua kepada anak
    • Keharmonisan keluarga

  • Lingkungan sekolah. Adapun lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang  diantaranya adalah :
    • Suri tauladan yang diberikan oleh guru
    • Materi pendidikan yang diberikan
    • Teman sekolah
    • Peraturan  atau tata tertib sekolah
  • Lingkungan masyarakat. Adapun lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang  diantaranya adalah :
    • Budaya atau adat istiadat setempat
    • Teman sepermainan
Aspek aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Daniel Golemen, kecerdasan emosi mencakup dua aspek kemampuan, yaitu kemampuan personal dan kemampuan sosial .
Kemampuan personal.
Kemampuan personal adalah kemampuan yang berkenaan kesadaraan diri dan mengelola diri agar menjadi pribadi yang baik. Adapun kemampuan personal meliputi :

  • Kesadaran diri (self awarness). Menurut Salovey dan Mayer yang dikutip oleh Antony Dio martin dalam bukunya “EMQ”, kesadaran diri (self awarness) adalah kemampuan mengopservasi dan mengenali perasaan diri sendiri. Kesadaran diri (self awarness) meliputi beberapa hal, diantaranyaa adalah :penyadaran emosi diri dan percaya diri
  • Mengelola diri atau emosi diri. Mengelola emosi diri meliputi berbagai hal, diantaranya : kontrol diri, mempercayai dan dipercayai, disiplin dan bertanggung jawab, dongan berprestasi.
Kemampuan sosial
Kemampuan sosial meliputi: kesadaraan sosial (social awarness) dan kecakapan sosial (social skill).
  • Kesadaran sosial (social awarness). Secara umum kesadaran sosial adalah kemampuan untuk menyadari keberadaan orang lain, mengetahui dan memahami serta merasakan apa yang orang lain rasakan. Kesadaran social (social awarness) meliputi beberapa hal,  diantaranya adalah Empaty dan Orientasi service. Empaty merupakan kemampuan untuk mengelolah sensifitas, menempatkan diri pada sudut pandang orang lain sekaligus menghargainya. sedangkan Orientasi service merupakan kemampuan melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain.
  • Kecakapan Sosial (social skill). Kecakapan sosial (social skill) merupakan kemampuan untuk dapat berhubungan dan kerjasama dengan orang lain. Kecakapan sosial (social skill) meliputi beberapa hal, diantaranya adalah : Komunikasi dan Kerjasama
Ciri-ciri Kesadaran Emosi
Seseorang dikatakan memiliki kesadaraan emosi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Empati
  • Kemampuan memotifasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi
  • Mampu mengatur suasana hati dan mampu menjaga agar beban stress tidak kelumpuhkan kemampuan berfikir.
  • Komitmen
  • Memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah
  • Mampu berkomunikasi dan bekerjasama
  • Tanggung jawab
  • Tekun dalam menangani tugas-tugas yang diembannya
Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog, yakni Peter Salovey dan John Mayer.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosinal (EQ) adalah “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”. (Shapiro, 1998: 8).
Menurut psikolog lainnya, yaitu Bar-On (Goleman:2000: 180), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
Sedangkan Goleman (2002:512), memandang kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intellegence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Dari definisi tersebut tersirat adanya faktor kecerdasan emosional yang terdiri dari lima kemampuan utama, yaitu:
1). Mengenali emosi diri;
2). Mengelola emosi;
3). Memotivasi diri sendiri;
4). Mengenali emosi orang lain; dan
5). Membina hubungan.
Kecerdasan Emosional (EQ) lebih terfokus pada membangun hubungan harmonis dan selaras antarmanusia secara horizontal, sehingga kecerdasan intelegensi (IQ) pasti bermanfaat. Kecerdasan emosional dapat ditunjukkan melalui kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang dia dan orang lain rasakan.
Sehingga itu, peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, cenderung dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.
Keterampilan dasar kecerdasan emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya, dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Dan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran, yakni:
1). Menyediakan lingkungan yang kondusif; 
2). Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis;
3). Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan peserta didik;
4). Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya;
5). Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial, maupun emosional;
6). Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon negatif; 
7). Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran; dan
8). Memberi kebebasan berfikir kreatif serta partisipasi secara aktif.
Semua hal tersebut memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya secara optimal. Dari proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan peserta didik yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada peserta didik yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Dan ada pula peserta didik  yang meski kemampuan intelegensinya relatif rendah, namun dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan.
Menurut Goleman (2000:44) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, di antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan bekerja sama.

E.Mulyasa (2006:162) menyatakan, kecerdasan emosional dapat menjadikan peserta didik memiliki sikap:
1). Jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri, membangun kekuatan dan  kesadaran diri, mendengarkan suara hati, hormat dan tanggung jawab;
2). Memantapkan diri, maju terus, ulet, dan membangun inspirasi secara berkesinambungan;
3).  Membangun watak dan kewibawaan,meningkatkan potensi, dan mengintegrasi tujuan belajar ke dalam tujuan hidupnya;
4). Memanfaatkan peluang dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Sehingga dari sini, kecerdasan emosional (EQ) bukan merupakan lawan kecerdasan intelegensi (IQ), namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Sebab, pada kenyataannya perlu diakui, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Budaya dan Karakter
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Dan budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sedangkan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, dan bersikap                      
Jadi pendidikan budaya dan karakter adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Cepi Triatna (2008:37) menyatakan, pendidikan karakter adalah pendidikan emosi atau pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, emosi peserta didik akan menjadi cerdas. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan.

Dapat digarisbawahi, bahwa tujuan pendidikan, budaya dan karakter bangsa adalah:
1). mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya serta karakter bangsa;
2). mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3). menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
4). mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5). mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter  bangsa adalah:
1). Religius;
 2). Jujur;
3).Toleransi
4). Disiplin; 
5). Kerja keras 
6). Kreatif;
7). Mandiri; 
8). Demokratis;
9). Rasa ingin tahu;
10). Semangat kebangsaan; 
11). Cinta tanah air;
12). Menghargai prestasi; 
13). Bersahabat/Komuniktif;
14). Cinta damai;
15). Gemar membaca;  
16). Peduli lingkungan;
17). Peduli sosial; dan
18). Tanggung-jawab.
Peserta didik yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosional, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya, sehingga jauh dari nilai-nilai yang diharapkan dalam pendidikan . Sebaliknya peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional akan membentuk peserta didik yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai pada pendidikan berkarakter.
Sehingga dari keseluruhan uraian tersebut di atas, maka sebagai konklusi dapat digambarkan, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Bahkan kecerdasan emosional dapat ditunjukkan melalui kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang dia dan orang lain rasakan.
Kemudian, peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.
Dan sekali lagi perlu diingat, bahwa kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mangatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan bekerja sama.
Pendidikan karakter adalah pendidikan emosi atau pendidikan budi pekerti plus yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dalam pendidikan karakter , peserta didik di harapkan memiliki nilai-nilai positif yaitu 
1). Religius;
2). Jujur;
3).Toleransi
4). Disiplin; 
5). Kerja keras 
6). Kreatif;
7). Mandiri; 
8). Demokratis;
9). Rasa ingin tahu;
10). Semangat kebangsaan; 
11). Cinta tanah air;
12). Menghargai prestasi; 
13). Bersahabat/Komuniktif;
14). Cinta damai;
15). Gemar membaca;  
16). Peduli lingkungan;
17). Peduli sosial; dan
18). Tanggung-jawab.
Olehnya itu, agar nilai-nilai tersebut dapat dicapai, maka cara mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik adalah pilihan yang tepat untuk ditempuh. Sebab, dengan mengembangkan kecerdasan emosional, maka tentunya akan membentuk peserta didik yang berkarakter sebagaimana yang diharapkan.***

KECERDASAN HOLISTIK (IQ, EQ & SQ) PADA ANAK & REMAJA

Author: Psycologic Solution Posted under:
PENDAHULUAN
Pelaksanaan Psikometri bagi siswa/calon siwa yaitu untuk mengetahui minimal 3 aspek, yaitu ASPEK KECERDASAN, ASPEK SIKAP KERJA, DAN ASPEK KEPRIBADIAN. Aspek Kecerdasan meliputi Kemampuan Verbal, Kemampuan Performance, Kemampuan Numerik, Kemampuan berpikir Abstraksi, Kemampuan Analisis, Kemampuan Logika Rasional, Aspek Sikap Kerja meliputi Motivasi Berprestasi, Ketelitian, Ketekunan, Kecepatan, Inisiatif, Konsentrasi, Daya ingat, Konsistensi dan Aspek Kepribadian meliputi Kestabilan Emosi, Kemandirian, Percaya Diri, Hubungan Sosial, Penyesuaian Diri, Tanggung Jawab.
Ketiga aspek tersebut dapat dikombinasikan dengan istilah PQ (PQ=IQ+EQ+SQ), diperlukan baik bagi sekolah, siswa, maupun orang tua, sehingga masing-masing dapat melakukan peran dalam menunjang pendidikan. Walaupun masih banyak sekolah yang tidak melakukan Psikometri dan dapat mencetak murid yang berprestasi, namun tentu dengan memanfaatkan peran ahli kejiwaan dalam dunia pendidikan akan banyak membawa manfaat, hal ini sudah terbukti dilakukan oleh sekolah-sekolah swasta di kota-kota besar, mereka melakukan studi yang didasarkan oleh sekolah-sekolah di Luar Negeri.
Sifat-sifat khas individual yang menjadi perbedaan antar setiap individu juga perlu diperhatikan. Untuk suksesnya usaha mendidik anak, sangat perlu untuk mengenal kepribadian mereka demi menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Misalnya: seorang anak didik dapat digolongkan menjadi introvert atau ekstrovert, temperamental, dan lainnya. Atau dari segi cara belajarnya setiap anak didik juga punya perbedaan yang khas dan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya, misalnya ada anak didik yang sangat mudah menerima pelajaran dalam situasi yang tenang atau cenderung menyukai mendengarkan musik sambil belajar, dan lainnya.
Berbekal pengalaman dan keberhasilan bertahun-tahun dalam melakukan asesmen psikis (psikometri), konseling, individu maupun klasikal serta pengembangan sumber daya manusia, kami menawarkan kerja sama kepada instansi sekolah Bapak/Ibu dalam pelayanan pengukuran potensi dan pengembangan siswa.

 TUJUAN
1.    Mengenali kelemahan / psikopatologi sedini mungkin dan kelebihan masing-masing aspek psikis pada setiap diri siswa.
2.    Mengidentifikasi program pengembangan untuk meningkatkan potensi siswa.
3.    Mengungkap kemampuan kognitif dan non kognitif siswa secara umum dan khusus, minat dan bakat yang dimiliki siswa  guna mengetahui potensi siswa sesungguhnya sehingga bisa mengikuti proses belajar mengajar secara lebih optimal.
4.    Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan belajar, kemampuan belajar dan kepribadian calon murid baru, yang disesuaikan dengan tujuan, kondisi dan suasana belajar di sekolah  yang bersangkutan.

METODE PENILAIAN
Asesmen psikometri (penilaian psikis) terhadap setiap siswa harus didasarkan data yang akurat. Metode yang digunakan harus mampu mengungkap berbagai aspek psikis dari masing-masing siswa. Kami melakukan asesmen psikis dengan metode ganda (multimethods), yang terdiri dari : Psikometri (pemeriksaan psikis), pengisian angket dan atau skala, serta observasi. Sebagai gambaran, berikut ini dipaparkan tentang pengukuran yang dilakukan terutama MMPI-A.
Psikometri mengungkap aspek psikis yang bersifat potensi, merupakan pemeriksaan psikis dengan menggunakan serangkaian alat tes. Melalui Psikometri akan diungkap potensi yang dimiliki oleh individu atau anak didik.

Penilaian dengan MMPI-A dapat mengungkapkan:
Monitor PQ Siswa SLTP/SLTA dapat menggunakan Tes PQ yang berlandaskan pada tes psikometrik MMPI-A (Minnesota Multiphasic Personality lnventory-Adolescent).

A. APA ITU PQ (Phychological Quotient)
·      Merupakan indeks "Overall Phychological Function" seseorang. (Kemampuan seluruh fungsi psikologik seseorang = kecerdasan holistik). “PQ=IQ+EQ+SQ”.
·      PQ mengandung 8 unsur:
(1 ) "High Psychological Function 1" ("Problem Solving")
-     Kemampuan mengatur mengatasi seluruh problem hidup
-     High Score HPF(1) cenderung ; inteligent ; resourceful ; independen, secure; efektif; sadar; energik; toleran; tanggung jawab; dapat dipercaya; sangat sedikit psikopatologi; persisten; sosialisasi bagus; tidak ada problem Emosional; ploblem solving bagus: Coping mekanism bagus
(2 ) "High Psychological Function 2" ("Leadership")
-     Kemampuan memimpin
-     High Score HPF (2) cenderung ; percaya diri; merasa aman; optimistik; banyak akal/kiat; efisien; realistik; goal oriented (fokus pada tujuan); cenderung berterus terang; mampu mengatasi problem; merasa nyaman dalam lingkungan banyak orang; tenang; taat pada peraturan/moral; tekun.
(3 ) "lntegritas"
-     Jujur, tanggung jawab, komitmen
-     High Score cenderung ; adil ; jujur ; tanggung jartab; memperhatikan kepentingan umum; tidak egois; memperhatikan  mentaati etika; peraturan, dan moral.

( 4 ) "Disiplin"
-     Dapat mengatur diri menyesuaikan dengan tata tertib dan goal yang ingin dicapai.
-     High score cenderung ; Mampu mentaati peraturan dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, tidak melakukan pekerjaan ilegal, seperti mencuri, berbohong dan menipu.
(5 ) "Percaya Diri"
-     Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk menghadapi seluruh kehidupan dan berkembang.
-     High score cenderung ; Percaya diri ; konsep diri positif; tidak sensitif terhadap kritik orang lain; tidak mudah menyerah; mampu mengambil keputusan
(6 ) "Motivasi"
-     High Score : Motivasi tinggi; bersemangat; energik; aktif; ulet dan optimistik.
(7 ) "Sikap dalam bekerja"
-     Kapasitas kerja untuk menghasilkan produk yang optimal
-     High Score cenderung ; performance kerjanya bagus; produktif; bersemangat; energik; optimistik; ambisius; goal oriented.
(8) "Hubungan lnterpersonal"
-     Kemampuan menjalin relasi harmonis dengan orang lain.
-     High Score cenderung; sosialisasi bagus; ekstrovert; ramah; senang berteman; friendly; senang berbicara.
-     Low Score cenderung ; sosialisasi kurang ; introvert; pemalu; menyendiri; tidak senang berteman; pendiam.
 ·      PQ inilah yang merupakan indeks kwalitas menyeluruh psikologik seseorang dan PQ siswa dapat diukur secara akurat dengan menggunakan tes kepribadian MMPI-A. Nilai PQ mulai dari 10 sampai dengan 100.

B. Mengenal Tes MMPI-A

1.    MMPI-A merupakan tes kepribadian Remaja yang diperkenalkan oleh University Minnesota, USA.
2.    Terdiri dari 478 soal yang perlu dijawab "ya" atau "tidak".
3.    Penggunaannya sejak tahun 1941 untuk siswa usia 12 tahun keatas.
4.    Akurasi > 90%.
C. hASIL pENILAIAN mmpi-a
Aspek penilaian dari MMPI-A dalam psikogram, meliputi:
1.    Ciri Kepribadian :
o  Maturitas / kematangan
o  Disiplin
o  Percaya diri
o  Kemampuan mengendalikan diri
o  Optimistik
o  Perilaku / kepribadian agresif
o  Sensitivitas kepribadian

2.    Hubungan Interpersonal:
o  Sosialisasi
o  Hubungan dalam keluarga
o  Hubungan dengan orang lain
o  Egosentris, kerjasama dengan orang lain
o  Kemampuan mempercayai orang lain

3.    Persekolahan:
o  Kecerdasan
o  Motivasi belajar
o  Prestasi sekolah
o  Permasalahan di sekolah

4.    Permasalahan:
o  Berhubungan dengan kondisi klinis / terkait gangguan perkembangan jiwa.

5.    Kesimpulan
o  fungsi Psikis Menyeluruh / PQ
o  Kondisi saat ini terkait psikopatologi
o  Prediksi kemampuan melanjutkan sekolah
o  Kemampuan membina hubungan interpersonal
o  Kemampuan mengembangkan kepribadian/potensi diri
o  Permasalahan perilaku & pemikiran sehari-hari.

6.    Psikogram Indeks Perkembangan Kepribadian (Skor Indek Kepribadian)
o  Maturitas
o  Kecerdasan
o  Disiplin
o  Percaya diri
o  Beradaptasi
o  Mengendalikan emosi
o  Motivasi belajar
o  Hubungan sosial

7.    Psikogram Indeks Psikopatologi
o  Indeks pemikiran aneh / tidak realistik
o  Indeks kecurigaan
o  Indeks kecemasan
o  Indeks depresi
o  Indeks sakit-sakitan
o  Indeks kenakalan

No comments:

Post a Comment