Faktor-faktor dan Aspek yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Di
bawah ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan
emosi secara umum terdiri dari dua macam, yaitu :
Faktor
keturunan
Orang tua merupakan orang yang pertama kali berperan dalam
pembentukan pribadi anak, manakala orang tua memiliki latar belakang dan
pribadi yang kurang baik, maka langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
pada pribadi anak.
Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi
terdiri dari 3 macam, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
- Lingkungan keluarga, Adapun lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang diantaranya adalah :
- Nilai-nilai dalam keluarga
- Cara orang tua mendidik anak
- Teladan yang diberikan orang tua kepada anak
- Keharmonisan keluarga
- Lingkungan sekolah. Adapun lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang diantaranya adalah :
- Suri tauladan yang diberikan oleh guru
- Materi pendidikan yang diberikan
- Teman sekolah
- Peraturan atau tata tertib sekolah
- Lingkungan masyarakat. Adapun lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang diantaranya adalah :
- Budaya atau adat istiadat setempat
- Teman sepermainan
Aspek
aspek Kecerdasan Emosi
Menurut
Daniel Golemen, kecerdasan emosi mencakup dua aspek kemampuan, yaitu kemampuan
personal dan kemampuan sosial .
Kemampuan
personal.
Kemampuan
personal adalah kemampuan yang berkenaan kesadaraan diri dan mengelola diri
agar menjadi pribadi yang baik. Adapun kemampuan personal meliputi :
- Kesadaran diri (self awarness). Menurut Salovey dan Mayer yang dikutip oleh Antony Dio martin dalam bukunya “EMQ”, kesadaran diri (self awarness) adalah kemampuan mengopservasi dan mengenali perasaan diri sendiri. Kesadaran diri (self awarness) meliputi beberapa hal, diantaranyaa adalah :penyadaran emosi diri dan percaya diri
- Mengelola diri atau emosi diri. Mengelola emosi diri meliputi berbagai hal, diantaranya : kontrol diri, mempercayai dan dipercayai, disiplin dan bertanggung jawab, dongan berprestasi.
Kemampuan sosial
Kemampuan sosial meliputi:
kesadaraan sosial (social awarness) dan kecakapan sosial (social skill).
- Kesadaran sosial (social awarness). Secara umum kesadaran sosial adalah kemampuan untuk menyadari keberadaan orang lain, mengetahui dan memahami serta merasakan apa yang orang lain rasakan. Kesadaran social (social awarness) meliputi beberapa hal, diantaranya adalah Empaty dan Orientasi service. Empaty merupakan kemampuan untuk mengelolah sensifitas, menempatkan diri pada sudut pandang orang lain sekaligus menghargainya. sedangkan Orientasi service merupakan kemampuan melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain.
- Kecakapan Sosial (social skill). Kecakapan sosial (social skill) merupakan kemampuan untuk dapat berhubungan dan kerjasama dengan orang lain. Kecakapan sosial (social skill) meliputi beberapa hal, diantaranya adalah : Komunikasi dan Kerjasama
Ciri-ciri Kesadaran Emosi
Seseorang dikatakan memiliki
kesadaraan emosi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Empati
- Kemampuan memotifasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi
- Mampu mengatur suasana hati dan mampu menjaga agar beban stress tidak kelumpuhkan kemampuan berfikir.
- Komitmen
- Memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah
- Mampu berkomunikasi dan bekerjasama
- Tanggung jawab
- Tekun dalam menangani tugas-tugas yang diembannya
Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama
kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog, yakni Peter Salovey
dan John Mayer.
Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosinal (EQ) adalah “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada
orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan”. (Shapiro, 1998: 8).
Menurut psikolog lainnya, yaitu Bar-On
(Goleman:2000: 180), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian
kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
Sedangkan Goleman (2002:512), memandang kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intellegence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Dari definisi tersebut tersirat adanya faktor kecerdasan emosional yang terdiri dari lima kemampuan utama, yaitu:
Sedangkan Goleman (2002:512), memandang kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intellegence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Dari definisi tersebut tersirat adanya faktor kecerdasan emosional yang terdiri dari lima kemampuan utama, yaitu:
1). Mengenali emosi diri;
2). Mengelola emosi;
3). Memotivasi diri sendiri;
4). Mengenali emosi orang lain; dan
5). Membina hubungan.
Kecerdasan Emosional (EQ) lebih terfokus
pada membangun hubungan harmonis dan selaras antarmanusia secara horizontal,
sehingga kecerdasan intelegensi (IQ) pasti bermanfaat. Kecerdasan emosional
dapat ditunjukkan melalui kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang dia dan
orang lain rasakan.
Sehingga itu, peserta didik yang memiliki
tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, cenderung dapat menjadi lebih
terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit,
lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan
orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di
sekolah lebih baik.
Keterampilan dasar kecerdasan emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya, dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Dan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran, yakni:
Keterampilan dasar kecerdasan emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya, dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Dan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran, yakni:
1). Menyediakan lingkungan yang
kondusif;
2). Menciptakan iklim pembelajaran yang
demokratis;
3). Mengembangkan sikap empati, dan
merasakan apa yang sedang dirasakan peserta didik;
4). Membantu peserta didik menemukan
solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya;
5). Melibatkan peserta didik secara optimal
dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial, maupun emosional;
6). Merespon setiap perilaku peserta didik
secara positif, dan menghindari respon negatif;
7). Menjadi teladan dalam menegakkan
aturan dan disiplin dalam pembelajaran; dan
8). Memberi kebebasan berfikir kreatif serta
partisipasi secara aktif.
Semua hal tersebut memungkinkan peserta
didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya secara optimal. Dari proses
belajar mengajar di sekolah sering ditemukan peserta didik yang tidak dapat meraih
prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada peserta didik
yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajar
yang relatif rendah. Dan ada pula peserta didik yang meski kemampuan
intelegensinya relatif rendah, namun dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan.
Menurut Goleman (2000:44) kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, di antaranya adalah kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati
(mood), berempati, serta kemampuan bekerja sama.
E.Mulyasa (2006:162) menyatakan,
kecerdasan emosional dapat menjadikan peserta didik memiliki sikap:
1). Jujur, disiplin, dan tulus pada diri
sendiri, membangun kekuatan dan kesadaran diri, mendengarkan suara hati,
hormat dan tanggung jawab;
2). Memantapkan diri, maju terus, ulet,
dan membangun inspirasi secara berkesinambungan;
3). Membangun watak dan
kewibawaan,meningkatkan potensi, dan mengintegrasi tujuan belajar ke dalam
tujuan hidupnya;
4). Memanfaatkan peluang dan menciptakan
masa depan yang lebih cerah.
Sehingga dari sini, kecerdasan emosional (EQ) bukan merupakan lawan kecerdasan intelegensi (IQ), namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Sebab, pada kenyataannya perlu diakui, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Sehingga dari sini, kecerdasan emosional (EQ) bukan merupakan lawan kecerdasan intelegensi (IQ), namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Sebab, pada kenyataannya perlu diakui, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Budaya dan Karakter
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar
dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Dan budaya adalah
keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief)
manusia yang dihasilkan masyarakat. Sedangkan karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, dan
bersikap
Jadi pendidikan budaya dan karakter adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Cepi Triatna (2008:37) menyatakan, pendidikan karakter adalah pendidikan emosi atau pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, emosi peserta didik akan menjadi cerdas. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan.
Dapat digarisbawahi, bahwa tujuan pendidikan, budaya dan karakter bangsa adalah:
Jadi pendidikan budaya dan karakter adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Cepi Triatna (2008:37) menyatakan, pendidikan karakter adalah pendidikan emosi atau pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, emosi peserta didik akan menjadi cerdas. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan.
Dapat digarisbawahi, bahwa tujuan pendidikan, budaya dan karakter bangsa adalah:
1). mengembangkan potensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya serta karakter bangsa;
2). mengembangkan kebiasaan dan perilaku
peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi
budaya bangsa yang religius;
3). menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
4). mengembangkan kemampuan peserta didik
menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5). mengembangkan lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
(dignity).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
1). Religius;
2).
Jujur;
3).Toleransi
4). Disiplin;
5). Kerja keras
6). Kreatif;
7). Mandiri;
8). Demokratis;
9). Rasa ingin tahu;
10). Semangat kebangsaan;
11). Cinta tanah air;
12). Menghargai prestasi;
13). Bersahabat/Komuniktif;
14). Cinta damai;
15). Gemar membaca;
16). Peduli lingkungan;
17). Peduli sosial; dan
18). Tanggung-jawab.
Peserta didik yang mempunyai masalah dalam
kecerdasan emosional, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan tidak
dapat mengontrol emosinya, sehingga jauh dari nilai-nilai yang diharapkan dalam
pendidikan . Sebaliknya peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional akan
membentuk peserta didik yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai pada
pendidikan berkarakter.
Sehingga dari keseluruhan uraian tersebut di atas, maka sebagai konklusi dapat digambarkan, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Bahkan kecerdasan emosional dapat ditunjukkan melalui kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang dia dan orang lain rasakan.
Kemudian, peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.
Sehingga dari keseluruhan uraian tersebut di atas, maka sebagai konklusi dapat digambarkan, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Bahkan kecerdasan emosional dapat ditunjukkan melalui kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang dia dan orang lain rasakan.
Kemudian, peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.
Dan sekali lagi perlu diingat, bahwa
kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni kemampuan memotivasi
diri sendiri, mangatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana
hati (mood), berempati, serta kemampuan bekerja sama.
Pendidikan karakter adalah pendidikan
emosi atau pendidikan budi pekerti plus yaitu pendidikan yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dalam
pendidikan karakter , peserta didik di harapkan memiliki nilai-nilai positif
yaitu
1). Religius;
2). Jujur;
3).Toleransi
4). Disiplin;
5). Kerja keras
6). Kreatif;
7). Mandiri;
8). Demokratis;
9). Rasa ingin tahu;
10). Semangat kebangsaan;
11). Cinta tanah air;
12). Menghargai prestasi;
13). Bersahabat/Komuniktif;
14). Cinta damai;
15). Gemar membaca;
16). Peduli lingkungan;
17). Peduli sosial; dan
18). Tanggung-jawab.
Olehnya itu, agar nilai-nilai tersebut
dapat dicapai, maka cara mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik
adalah pilihan yang tepat untuk ditempuh. Sebab, dengan mengembangkan
kecerdasan emosional, maka tentunya akan membentuk peserta didik yang
berkarakter sebagaimana yang diharapkan.***
KECERDASAN HOLISTIK (IQ, EQ & SQ) PADA ANAK & REMAJA
Author: Psycologic Solution Posted
under:
PENDAHULUAN
Pelaksanaan
Psikometri bagi siswa/calon siwa yaitu untuk mengetahui minimal 3 aspek, yaitu ASPEK KECERDASAN, ASPEK SIKAP KERJA, DAN ASPEK KEPRIBADIAN. Aspek
Kecerdasan meliputi Kemampuan Verbal, Kemampuan Performance, Kemampuan
Numerik, Kemampuan berpikir Abstraksi, Kemampuan Analisis, Kemampuan Logika
Rasional, Aspek Sikap Kerja meliputi
Motivasi Berprestasi, Ketelitian, Ketekunan, Kecepatan, Inisiatif, Konsentrasi,
Daya ingat, Konsistensi dan Aspek
Kepribadian meliputi Kestabilan Emosi, Kemandirian, Percaya Diri, Hubungan
Sosial, Penyesuaian Diri, Tanggung Jawab.
Ketiga
aspek tersebut dapat dikombinasikan dengan istilah PQ (PQ=IQ+EQ+SQ), diperlukan baik bagi sekolah, siswa, maupun orang
tua, sehingga masing-masing dapat melakukan peran dalam menunjang pendidikan.
Walaupun masih banyak sekolah yang tidak melakukan Psikometri dan dapat
mencetak murid yang berprestasi, namun tentu dengan memanfaatkan peran ahli kejiwaan
dalam dunia pendidikan akan banyak membawa manfaat, hal ini sudah terbukti
dilakukan oleh sekolah-sekolah swasta di kota-kota besar, mereka melakukan
studi yang didasarkan oleh sekolah-sekolah di Luar Negeri.
Sifat-sifat
khas individual yang menjadi perbedaan antar setiap individu juga perlu
diperhatikan. Untuk suksesnya usaha mendidik anak, sangat perlu untuk mengenal
kepribadian mereka demi menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Misalnya:
seorang anak didik dapat digolongkan menjadi introvert atau ekstrovert,
temperamental, dan lainnya. Atau dari segi cara belajarnya setiap anak
didik juga punya perbedaan yang khas dan sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya, misalnya ada anak didik yang sangat mudah menerima pelajaran dalam
situasi yang tenang atau cenderung menyukai mendengarkan musik sambil belajar,
dan lainnya.
Berbekal
pengalaman dan keberhasilan bertahun-tahun dalam melakukan asesmen psikis
(psikometri), konseling, individu maupun klasikal serta pengembangan sumber
daya manusia, kami menawarkan
kerja sama kepada instansi sekolah Bapak/Ibu dalam pelayanan pengukuran potensi
dan pengembangan siswa.
TUJUAN
1. Mengenali kelemahan / psikopatologi sedini mungkin dan kelebihan
masing-masing aspek psikis pada setiap diri siswa.
2. Mengidentifikasi program pengembangan untuk meningkatkan potensi
siswa.
3. Mengungkap kemampuan kognitif dan non kognitif siswa secara umum dan
khusus, minat dan bakat yang dimiliki siswa
guna mengetahui potensi siswa sesungguhnya sehingga bisa mengikuti
proses belajar mengajar secara lebih optimal.
4. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan belajar, kemampuan belajar dan
kepribadian calon murid baru, yang disesuaikan dengan tujuan, kondisi dan
suasana belajar di sekolah yang
bersangkutan.
METODE PENILAIAN
Asesmen
psikometri (penilaian psikis) terhadap setiap siswa harus didasarkan data yang
akurat. Metode yang digunakan harus mampu mengungkap berbagai aspek psikis dari
masing-masing siswa. Kami melakukan asesmen psikis dengan metode ganda (multimethods),
yang terdiri dari : Psikometri (pemeriksaan psikis), pengisian angket dan atau
skala, serta observasi. Sebagai gambaran, berikut ini dipaparkan tentang
pengukuran yang dilakukan terutama MMPI-A.
Psikometri mengungkap aspek psikis yang bersifat potensi, merupakan
pemeriksaan psikis dengan menggunakan serangkaian alat tes. Melalui Psikometri
akan diungkap potensi yang dimiliki oleh individu atau anak didik.
Penilaian dengan MMPI-A dapat mengungkapkan:
Monitor PQ Siswa SLTP/SLTA dapat menggunakan Tes PQ yang berlandaskan pada
tes psikometrik MMPI-A (Minnesota
Multiphasic Personality lnventory-Adolescent).
A. APA ITU PQ
(Phychological Quotient)
· Merupakan indeks "Overall Phychological Function"
seseorang. (Kemampuan seluruh fungsi psikologik seseorang = kecerdasan
holistik). “PQ=IQ+EQ+SQ”.
· PQ mengandung 8
unsur:
(1 ) "High Psychological Function 1"
("Problem Solving")
-
Kemampuan mengatur mengatasi seluruh problem hidup
-
High Score HPF(1) cenderung ; inteligent ; resourceful ; independen,
secure; efektif; sadar; energik; toleran; tanggung jawab; dapat dipercaya;
sangat sedikit psikopatologi; persisten; sosialisasi bagus; tidak ada problem
Emosional; ploblem solving bagus: Coping mekanism bagus
(2 ) "High Psychological Function 2" ("Leadership")
-
Kemampuan memimpin
-
High Score HPF (2) cenderung ; percaya diri; merasa aman; optimistik;
banyak akal/kiat; efisien; realistik; goal oriented (fokus pada tujuan);
cenderung berterus terang; mampu mengatasi problem; merasa nyaman dalam
lingkungan banyak orang; tenang; taat pada peraturan/moral; tekun.
(3 ) "lntegritas"
-
Jujur, tanggung jawab, komitmen
-
High Score cenderung ; adil ; jujur ; tanggung jartab; memperhatikan
kepentingan umum; tidak egois; memperhatikan
mentaati etika; peraturan, dan moral.
( 4 ) "Disiplin"
-
Dapat mengatur diri menyesuaikan dengan tata tertib dan goal yang ingin
dicapai.
-
High score cenderung ; Mampu mentaati peraturan dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat, tidak melakukan pekerjaan ilegal, seperti mencuri,
berbohong dan menipu.
(5 ) "Percaya Diri"
-
Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk menghadapi seluruh kehidupan dan
berkembang.
-
High score cenderung ; Percaya diri ; konsep diri positif; tidak sensitif
terhadap kritik orang lain; tidak mudah menyerah; mampu mengambil keputusan
(6 ) "Motivasi"
-
High Score : Motivasi tinggi; bersemangat; energik; aktif; ulet dan
optimistik.
(7 ) "Sikap dalam bekerja"
-
Kapasitas kerja untuk menghasilkan produk yang optimal
-
High Score cenderung ; performance kerjanya bagus; produktif; bersemangat;
energik; optimistik; ambisius; goal oriented.
(8) "Hubungan lnterpersonal"
-
Kemampuan menjalin relasi harmonis dengan orang lain.
-
High Score cenderung; sosialisasi bagus; ekstrovert; ramah; senang
berteman; friendly; senang berbicara.
-
Low Score cenderung ; sosialisasi kurang ; introvert; pemalu; menyendiri;
tidak senang berteman; pendiam.
·
PQ inilah yang
merupakan indeks kwalitas menyeluruh psikologik seseorang dan PQ siswa dapat
diukur secara akurat dengan menggunakan tes kepribadian MMPI-A. Nilai PQ mulai
dari 10 sampai dengan 100.
B. Mengenal Tes
MMPI-A
1. MMPI-A merupakan tes kepribadian Remaja yang diperkenalkan oleh University
Minnesota, USA.
2. Terdiri dari 478 soal yang perlu dijawab "ya" atau
"tidak".
3. Penggunaannya sejak tahun 1941 untuk siswa usia 12 tahun keatas.
4. Akurasi > 90%.
C. hASIL pENILAIAN mmpi-a
Aspek penilaian dari MMPI-A dalam psikogram, meliputi:
1.
Ciri Kepribadian :
o Maturitas / kematangan
o Disiplin
o Percaya diri
o Kemampuan mengendalikan
diri
o Optimistik
o Perilaku / kepribadian
agresif
o Sensitivitas kepribadian
2.
Hubungan Interpersonal:
o Sosialisasi
o Hubungan dalam keluarga
o Hubungan dengan orang lain
o Egosentris, kerjasama
dengan orang lain
o Kemampuan mempercayai orang
lain
3.
Persekolahan:
o Kecerdasan
o Motivasi belajar
o Prestasi sekolah
o Permasalahan di sekolah
4.
Permasalahan:
o Berhubungan dengan kondisi klinis / terkait gangguan
perkembangan jiwa.
5.
Kesimpulan
o fungsi Psikis Menyeluruh / PQ
o Kondisi saat ini terkait
psikopatologi
o Prediksi kemampuan
melanjutkan sekolah
o Kemampuan membina hubungan
interpersonal
o Kemampuan mengembangkan
kepribadian/potensi diri
o Permasalahan perilaku &
pemikiran sehari-hari.
6.
Psikogram Indeks Perkembangan Kepribadian (Skor Indek
Kepribadian)
o Maturitas
o Kecerdasan
o Disiplin
o Percaya diri
o Beradaptasi
o Mengendalikan emosi
o Motivasi belajar
o Hubungan sosial
7.
Psikogram Indeks Psikopatologi
o Indeks pemikiran aneh /
tidak realistik
o Indeks kecurigaan
o Indeks kecemasan
o Indeks depresi
o Indeks sakit-sakitan
o Indeks kenakalan
No comments:
Post a Comment